Sang pemilik Warkop Asni Naila, Fridus Sasi (49), warga RT 01/RW 01, Dusun I, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten TTU, Provinsi NTT saat pose di depan Warkop. (Foto: BN)
Kefamenanu, BN – Warga Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten TTU, Provinsi NTT membaca peluang usaha dengan membuka warung kopi (Warkop) di jalur Trans Pantura Wini desa setempat.
Warkop tersebut diberi nama “Asni Naila”. Diambil dari nama kedua putri pasangan Fridus Sasi dan Deci Kolo, sang pemilik warkop tersebut. Warkop ini terletak beberapa meter setelah jembatan Sunsea II, persis di sisi kiri jalan Trans Pantura Wini arah Kefamenanu-Wini.
Warkop Asni Naila merupakan satu-satunya yang ada di jalur Trans Pantura Wini. Di sana tersedia aneka minuman hangat dan makanan, seperti, kopi, teh, mie goreng, mie rebus dan gorengan serta buah jeruk.
Sang pemilik Warkop Asni Naila, Fridus Sasi (49), warga RT 01/RW 01, Dusun I, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten TTU, Provinsi NTT saat bercerita bersama Biinmafonews.com di Warkop Asni Naila, mengatakan, warkop tersebut mulai dibuka sejak Juni 2024 lalu.
Ditemani secangir kopi hangat di tengah suasana dingin dalam balutan hujan rintik, dengan wajah sumringah Fridus Sasi (49) mengisahkan, alkisah awal mula dibukanya Warkop Asni Naila dengan modal pribadi sebesar, Rp600 ribu rupiah.
Fridus Sasi (49) melihat adanya peluang usaha di tempat tersebut lantaran merupakan salah satu titik sentral pertemuan dan tempat tongkrongan warga setempat dikala ingin ‘berburu’ sinyal Telkomsel dan Indosat. “Tempat sinyal di sini pak. Ada juga di jembatan (Sunsea II-red). Paling rame di sini karena pas di ketinggian,” ungkapnya tersenyum.
“Kalau lebih rame itu mulai hari sabtu, hari minggu dan hari senin. Rame di saat malam orang mau cari sinyal. Kalau siang itu orang (pengguna jalan-red) banyak yang singgah. Mereka minum atau makan dulu baru lanjut ke Wini atau Kefa. Kita bisa dapat penghasilan sampai Rp300 ribu per hari,” ujarnya, Jumat (26/7/2024).
Selain menjual aneka minuman dan makanan, Warkop Asni Naila juga menjual sejumlah jenis kain tenun lokal tais, beti dan selendang khas Naibenu dengan harga terjangkau dan bervariasi. Tais Naibenu Rp500 ribu. Beti Rp750 ribu dan salendang Rp100 ribu. “Ini (Kain tenun-red) sudah berapa kali orang beli. Orang pesan saja. laku banyak. Mama (Istri-red) yang kerja sendiri. Pegawai kalau lewat (Jalur Trans Pantura Wini-red) turun dan pesan atau beli,” jelasnya.
Fridus Sasi (49) mengaku, ke depannya akan mengembangkan usaha Warkop tersebut dengan menambah jenis menu makanan ala lokal dan memperlebar bangunan. “Nanti bangunan akan tambah perluas ke belakang dengan cor tiang. Kita tamba jenis makanan lolal ubi kayu atau makanan lokal lainnya,” pungkasnya.
Fridus Sasi (49) mengaku, dari hasil keuntungan penjualan di Warkop dipergunakan untuk membantu ekonomi rumah tangga dan membiayai anak sekolah. “Anak saya tujuh orang, pak. Satu yang laki-laki di Sumatera, satunya lagi kerja di Bank BNI Kefa dan lima orang lainya masih sekolah,” kisahnya. ***